Kereta berhenti, apakah ini menandakan bahwa Vio telah sampai di tujuan? Gadis itu melihat ke luar melalui jendela, nampaknya memang mereka sudah sampai. Pemuda bernama Evan itu juga telah mendahuluinya keluar kompartemen. Artinya Vio sekarang sendirian. Biar sajalah, toh memang pemuda itu bukan siapa - siapa Vio kan. Ia berjalan keluar dari kompartemen dan turun dari kereta yang penuh sesak itu, sambil melihat - lihat apa yang setelah ini ia lakukan.
Dari jauh, sepasang mata birunya melihat sosok bangunan tinggi nan megah disana, diselimuti kegelapan serta dikelilingi danau yang berwarna kehitaman. Seolah bangunan kastil tersebut mengapung di atas air, indah sekali. Violet memang menyukai keindahan, apapun bentuknya. Yang jadi pertanyaan Vio sekarang adalah, bagaimana caranya untuk menuju ke sana? Tidak ada pesawat atau transportasi lain hanya ada --satu - satunya-- yang memungkinkan untuk mencapai tempat itu dan yang sekarang teronggok di depannya. Sebuah perahu kecil yang terlihat ringkih siap untuk mengantar Vio dan murid - murid baru Hogwarts lainnya. Dahinya berkerut, apa harus menaiki perahu itu ? Hmph..
Dengan hati - hati Vio turun dari perahu, berjingkat untuk menjaga keseimbangannya supaya tidak jatuh, dan sekarang bangunan yang tadi terlihat gelap itu sudah sangat jelas terlihat. Megah, kuno, dan kokoh membuat gadis kecil itu terpana. Ia terus memandangi kastil itu, berpikir akan sebuah ruangan luas dengan rak - rak buku berbagai macam judul terdapat di sana. Ia tersenyum membayangkan hal tersebut.
Violet ikut berdiri bergerombol di antara murid baru lainnya, mengamati satu - persatu wajah teman - teman barunya. Kebanyakan berwajah oriental, seperti sepasang --mungkin kembar-- yang selalu bersama itu, yang perempuan mengalungkan tangannya ke lengan saudaranya yang laki - laki, seperti tak ingin dipisahkan. Aneh, dia tidak seperti itu dengan Fablo yang berjarak satu tahun. Oke, memang mereka kembar, pasangan berwajah oriental itu, dan merupakan pengecualian. Mungkin kalau dirinya dan Fablo dilahirkan kembar dia akan bersikap sama.
Seorang wanita cantik dengan jubah beraksen hijau toskanya menyambut semua murid baru, menyampaikan sesuatu yang kurang lebih seperti sambutan singkat dan teguran kecil tentang penampilan para murid. Vio menunduk, memastikan bahwa jubahnya telah rapi, tak ada lipatan - lipatan tak penting yang mengganggu penampilannya. Ia juga menyisir rambut ikalnya dengan jari tangan. Oke, sepertinya cukup. Dan ia mendengar wanita --sepertinya Profesor-- itu untuk berbaris dua - dua. Vio langsung mencari partner yang entah dia belum terlalu kenal. Penampilan sudah, berbaris sudah, lalu? apa lagi?
Ternyata mereka semua, termasuk Violet mulai memasuki aula yang cukup besar. Lagi - lagi Vio dibuat terpana dengan segala sesuatu yang ia lihat. Lilin - lilin kecil melayang di atas kepalanya, langit - langit gedung yang berwarna biru serta tergantung pula lambang - lambang empat asrama di atas meja panjang. Wow... tanpa sadar ia mengucapkan satu kata itu, kagum, karena memang pantas dikagumi. Ia berhenti dan didepannya terlihat ada sebuah topi lusuh yang terdapat di atas kursi kayu yang juga terlihat kuno. Apakah ini topi seleksi yang sempat dibilang Mom semalam ? Dimana dialah yang akan menentukan akan dimasukkan ke asrama. Violet yakin sekali pasti topi itu yang dimaksud.
Dia ingin Gryffindor
Berani dan perkasa
Dia juga ingin Hufflepuf
Yang baik budinya
Semua-semua akan aku seleksi
Tapi jangan musuhan dan tetap berteman
Bila ada anak licik
Slytherin tempatnya (wah panji-panji hijau)
La~ la~ la~
Kelompok anak cerdas?
Ya Ravenclaw~
Violet terkikik mendengar topi itu bernyanyi, suaranya sumbang sekali. Lebih baik dia diam saja daripada harus mempermalukan diri seperti itu. Vio tahu bahwa topi seleksi menyampaikan tentang keberadaan empat asrama di Hogwarts. Membuat gadis kecil itu berpikir lagi. Namun hati kecilnya berteriak menyebutkan satu nama....
Dutie, Violet Alexandria !
Apakah sudah saatnya sekarang? jantungnya tiba - tiba berdetak kencang, dengan perlahan Vio melangkah maju, melewati murid - murid yang berdiri di depannya. Dan langsung duduk di kursi itu. Ia merasakan topi butut tersebut telah diletakkan di kepalanya, sedikit jijik sebenarnya mengingat topi yang butut kini berada di kepalanya, mengotori rambut ikalnya yang bersih. Oke, lupakan masalah rambut. Sekarang yang terpenting ia berkonsentrasi. Ucapkan berkali – kali keinginanmu itu ketika topi seleksi berada di kepalamu sayang, siapa tahu ia mendengar keinginanmu dan memasukkanmu ke asrama yang kau inginkan. Suara ibunya terngiang di kepala Vio, seolah ia sungguh berada di sampingnya saat itu. Ia memejamkan mata sambil menyebutkan satu nama berulang - ulang di dalam hati, mengikuti saran ibunya.....Ravenclaw..